Posted by PT. Solid Gold Berjangka on Selasa, 08 November 2016
Ini bakal menjadi hal yang bagus untuk fans Harry Poter maupun yang bukan," ujar Heyman. Namun, kemungkinan besar Dumbledore tidak hadir di film pertama, melainkan yang kedua. Dilansir dari ScreenRant, saat ini sutradara Fantastic Beasts yakni David Yates telah memulai seleksi casting untuk pemeran Albus Dumbledore pada sekuel kedua yang dirilis tahun 2018 nanti.
Dilansir dari Business Insider, David Heyman, sosok yang memproduseri kedua film tersebut, memastikan kehadiran sang profesor. Film tersebut bakal tayang serentak di seluruh dunia pada tanggal 18 November mendatang.
Meski memiliki latar waktu dan tempat yang berbeda, film Fantastic Beasts and Where to Find Them bakal menghadirkan sosok kepala sekolah Hogwarts di sekuel film Harry Potter, Albus Dumbledore. Fantastic Beasts mengambil latar waktu 1920-an, sementara Harry Potter pada dekade 1990.
Fantastic Beasts and Where To Find Them dibintangi oleh Eddie Redmayne dan sejumlah artis papan atas lainnya. Melihat latar waktu yang terpaut jauh, Dumbledore dipastikan bakal hadir dalam sosok yang lebih muda, yakni terpaut 70 tahun dengan sosoknya di sekuel Harry Potter.
"Dumbledore dipastikan hadir dalam Fantastic Beasts seri kedua nanti. Kalian (penonton) akan merasakan koneksi yang kuat antara Fantastic Beasts dan Harry Potter lewat kehadiran sang profesor.
AASI: Kemauan Gunakan Asuransi Syariah Tinggi | PT. Solid Gold Berjangka Pusat
Senada dengan data Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), Direktur Industri Keuangan Non Bank (IKNB) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mochammad Muchlasin, menyebut perkembangan industri asuransi syariah masih lambat.
Sementara itu, aset asuransi jiwa syariah per Agustus 2016 mencapai Rp 26,573 triliun. Kontribusi aset tersebut baru mencakup 6,48 persen dibandingkan keseluruhan industri asuransi jiwa. Muchlasin menyebut ada 60 persen distribusi asuransi syariah melalui perbankan syariah, perusahaan pembiayaan syariah, dan koperasi.
Asosiasi Asuransi Syariah Indonesia (AASI), melaporkan kontribusi asuransi jiwa syariah per Agustus 2016 mencapai Rp 6,156 triliun. Begitupun dengan IKNB, menurutnya, sumber dana pembiayaan syariah, yakni 89 persen, masih mengandalkan perbabkan syariah.
"Akhirnya, perkembangan asuransi syariah sangat bergantung pada industri-industri syariah tersebut,"kata dia di Jakarta, Selasa (8/11/2016). Dia bilang lebih dari separuh persentase distribusi asuransi syariah dilakukan melalui industri perbankan syariah, perusahaan pembiayaan syariah, maupun koperasi.
Dia menyebut, pengetahuan masyarakat dan penetrasi asuransi konvensional saja masih rendah, termasuk pula asuransi syariah yang lebih rendah. Adapun pangsa pasar asuransi jiwa syariah terhadap keseluruhan industri asuransi jiwa mencapai 6,82 persen.
Oktober, tingkat ekspor China merosot lagi | PT. Solid Gold Berjangka Pusat
Pelemahan yuan sepertinya bisa menjelaskan mengapa terjadi sedikit perbaikan pada ekspor China. Data Reuters menunjukkan, dollar Amerika Serikat sudah menguat lebih dari 1,6% terhadap yuan dalam 30 hari terakhir.
Di sisi lain, tingkat impor turun 1,4%, melanjutkan penurunan bulan sebelumnya yang turun 1,9%. Kondisi itu menyebabkan neraca perdagangan Oktober China surplus US$ 49,06 miliar versus US$ 41,99 miliar pada September.
Kendati demikian, angka tersebut lebih baik dari penurunan September yang mencapai 10% (yoy). Dengan demikian, outlook performa perdagangan China akan semakin cerah di kuartal empat. Berdasarkan data resmi yang dirilis pemerintah China seperti yang dikutip Reuters, tingkat ekspor China pada bulan lalu tertekan 7,3% year on year dalam basis dollar AS.
"Beijing akan menggunakan pelemahan yuan untuk membantu mengerek kembali perekonomiannya. Hasil dari pilpres AS tidak akan banyak berpengaruh pada tren pelemahan yuan," jelas analis DBS. Tingkat ekspor Negeri Panda di sepanjang Oktober kembali melorot.
Analis mata uang asing memprediksi, yuan akan terus terdepresiasi ke depannya akibat antisipasi dari penguatan dollar AS. Reuters juga meramal, surplus neraca perdagangan akan mencapai US$ 51,70 miliar. Sebelumnya, Reuters memprediksi penurunan 6% untuk ekspor dan penurunan 1% untuk impor.