Posted by PT. Solid Gold Berjangka on Selasa, 22 November 2016
Keluarga korban mengatakan, hingga saat ini belum ada informasi terkait kejadian tersebut dari Kementerian Luar Negeri. Keluarga Safaruddin pun masih bingung mencari tahu kabar korban dan sulit kesulitan mencari imformasi terkait keberadaan mereka.
Pagi ini, utusan pemerintah Kabupaten Majene bersama petugas Dinas Sosial Kabupaten Majene, polisi, dan aparat TNI setempat mengunjungi kediaman Safaruddin, salah satu korban penculikan. Namun, mereka tidak memperoleh keterangan lebih banyak dari keluarga korban.
Keluarga nelayan asal Majene, Sulawesi Barat, yang diculik dan disandera oleh orang tak dikenal di Sabah, Malaysia, masih menanti kabar keberadaan mereka. Mereka juga tidak dapat memastikan ke mana korban dibawa pergi oleh penculik.
Mereka juga belum pernah dihubungi oleh penculik maupun korban sejak kejadian pada Sabtu (19/11/2016). Hingga kini, belum ada kabar sedikit pun tentang nasib dua orang tenaga kerja Indonesia di Malaysia tersebut.
Kedatangan utusan Pemkab Majene itu untuk mencari tahu kepastian kabar penculikan Safaruddin dan Sawal, dua korban asal Dusun Poniang Tengah, Desa Tallu Banua, Kecamatan Sendana, Kabupaten Majene. Satu-satunya informasi yang mereka terima adalah kabar dari rekan korban yang selamat dalam insiden tersebut. Rekan korban kini berada kantor polisi Malaysia.
Dua WNI Disandera Lagi, Indonesia Minta Malaysia Tingkatkan Keamanan | PT Solid Gold Berjangka
"Intinya, kembali lagi saya memintakan perhatian. Saya tidak akan habis atau berhenti untuk memintakan perhatian mereka (Malaysia dan Filipina) karena isu inilah yang saya bawa pada saat saya berkunjung terakhir ke Kuala Lumpur kemudian ke kota Kinabalu dan ke Sandakan. Saya bertemu dengan para ABK (Anak Buah Kapal) kita yang ada di sana dan 80 persen dari ABK atau nelayan yang mencari ikan di wilayah Sabah dan sekitarnya itu adalah nelayan-nelayan Indonesia," jelasnya.
"Saya sudah sampaikan semua laporan kepada Bapak Presiden dan saya juga tekankan mengenai pentingnya bagi pemerintah dan otoritas Malaysia untuk dapat meningkatkan keamanan di wilayah air mereka. Menyusul, terjadinya kembali penyanderaan terhadap dua Warga Negara Indonesia (WNI) di daerah perairan di Sabah, Malaysia, pada Sabtu (19/11) malam.
Permintaan peningkatan keamanan tersebut, diungkapkan Retno telah disampaikan kepaa Menlu Malaysia dan juga penasihat Presiden Filipina Duterte, pada Minggu (20/11). Karena sudah sangat jelas bawah ini merupakan kesepakatan yang sudah disetujui pada saat kita berbicara secara bertiga sejak dari Yogyakarta pada bulan Mei (2016)," kata Retno yang ditemui di kompleks Istana Kepresidenan, Jakarta, Senin (21/11).
Apalagi, menurut Retno, sudah ada kesepakatan antara tiga negara, Indonesia-Malaysia-Filipina, untuk meningkatkan pengamanan di wilayah perairan yang menjadi jalur pelayaran tiga negara sejak pertemuan yang digelar bulan Mei 2016.
Lebih lanjut, Retno mengatakan bahwa perihal masalah keamanan ini akan kembali menjadi pembahasan dalam pertemuan Menteri Pertahanan (Menhan) tiga negara, yang akan digelar pada tanggal 23 November mendatang. Menteri Luar Negeri (Menlu) Retno LP Marsudi secara tegas meminta Malaysia memperketat keamanan di wilayah perairannya.
Dua WNI Diculik di Perairan Sabah, Ini Kata Menhan Ryamizard Ryacudu | PT Solid Gold Berjangka
Ryamizard Ryacudu menegaskan bahwa pendapat tersebut tidak selaras dengan fakta yang ada bahwa operasi bersama tiga negara mampu memukul kelompok Abu Sayyaf yang disebut-sebut sebagai dalang dari pembajakan dan penculikan.
"Kan sudah bilang, jangan ke situ. Masih saja ke situ," ujar Ryamizard Ryacudu di halaman Istana Negara, Jakarta, Senin (21/11/2016). Menanggapi banyaknya anggapan kerjasama tersebut tidak mampu menangkal aksi penculikan, Ryamizard Ryacudu langsung membantahnya.
Ryamizard Ryacudu beberapa kali telah mengingatkan kepada perusahaan yang menggunakan jalur laut sebagai rute distribusi barang agar tidak melalui jalur yang belakangan rawan terjadi aksi penculikan dan perompakan.
Sebelumnya telah diadakan kesepakatan tiga negara yakni Malaysia, Indonesia dan Filipina yang diwakili oleh menteri pertahanan masing-masing negara terkait operasi bersama mengamankan wilayah perairan yang kerap terjadi aksi pembajakan dan penculikan.
"Ngarang, buktinya Abu Sayyaf sudah 400 mati (pengikutnya), yang culik sudah dibebaskan. Ini enggak ngerti. Dulu enggak pernah begitu," tutur Ryamizard Ryacudu. Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu meyayangkan kembali terjadinya penculikan dua Warga Negara Indonesia (WNI) yang merupakan Anak Buah Kapal (ABK) di perairan Sabah, Malaysia, Sabtu dua hari lalu.